Rabu, 30 Januari 2019

ILMU LINGUISTIK BAHASA

ILMU LINGUISTIK

Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari atau mengkaji tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
1.      Fonologi
Merupakan cabang ilmu bahasa atau linguistik yang mengkaji tentang pengucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh manusia.
Contoh:
alat      [?alats]
baru     [bharu]

2.      Morfologi
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata.
Contoh:
meN-               +          bawa                =          membawa
meN-               +          beli                  =          membeli

3.      Sintaksis
Merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang struktur sebuah kalimat.
Contoh:
Jenifer Lopez akan menggelar konser perdananya di Indonesia.
          S                                P                          O                     K

4.      Semantik
Merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna kata.
Contoh:
Benda yang biasa digunakan untuk menulis dan terbuat dari arang dan kayu disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama <pensil>, dan bukan <sinpel>, atau nama lainnya.
           
5.      Pragmatik
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang maksud yang terkandung atau maksud yang ingin disampaikan dalam sebuah catatatan, kalimat, dan bisa juga wacana.

6.      Wacana
Merupakan kumpulan gramatik terbesar atau tertinggi yang dilengkapi oleh sebuah ide pokok serta beberapa gagasan penunjang yang berkesinambungan terhadap sebuah karangan yang merupakan bagian dari linguistik.


HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAIN

Hari senin kemarin saya belajar semantik, dimana materi semantik kemarin membahas tentang hubangan semantik dengan ilmu lain. Baiklah hari ini saya akan mengulang kembali pelajaran hari senin kemarin.

Hubungan semantik dengan ilmu lain
1.    Hubungan semantik dengan fonologi
Fonologi membahas tentang bunyi. Jadi hubungan semantik dengan fonologi yaitu dimana membahas tentang perbedaan bentuk maka berbeda pula maknanya.

2.    Hubungan semantik dengan morfologi
Morfologi yaitu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang kata.Contohnya: 1. Exis Eksis, 2. EXSIS     EKSIS. Dari contoh no 2 secara bahasa itu salah, tetapi secara sastranya itu benar. Perbedaan bahasa dengan sastra yaitu, bahasa berdasarkan proses sedangkan sastra berdasarkan historis atau sejarah. Jadi, hubungan semantik dengan morfologi yaitu dimana kata tersebut mempunyai makna tersendiri.

3.    Hubungan semantik dengan sintaksis
Sintaksis yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang susunan kata dan kalimat. Contohnya:
    1. Anjing makan tulang
    2. Tulang makan Anjing
Berdasarkan contoh diatas secara sintaksis benar, tetapi secara semantik memiliki makna yang berbeda.
Jadi hubungan semantik dengan sintaksis yaitu, apabila susunan kata dan kalimatnya berbeda maka maknanyapun juga berbeda.

4.  Hubungan semantik dengan pragmatik
Pragmatik yaitu kata yang tidak sebenarnya tetapi mengandung arti. Pragmatik lebih menuju ke ujaran
seseorang. Prinsip pragmatik yaitu bahasa tidak ada yang salah, tetapi kita mencari kesalahan yang berbahasa atau pengguna bahasa tersebut. Tujuan pragmatik adalah supaya lawan bicara kita tidak tersinggung dengan ucapan sang penutur.

5.  Hubungan semantik dengan sosiolinguistik
     Hubungannya adalah bahasa yang dipengaruhi berdasarkan lingkungan sekitarnya.

6.  Hubungan semantik dengan Psikolinguistik
Hubungannya adalah fisik seseorang mempengaruhi bahasa, jadi apa bila seseorang tersebut fisik atau kejiwaan seorang penutur tidak baik, maka bahasanya pun tidak baik sehingga apa yang akan diucapkan pun tidak tersampaikan maknanya.

7.  Hubungan semantik dengan retorika
     Hubungannya yaitu berbicara dan tidak berbicara termasuk berbahasa

8.  Hubungan semantik dengan wacana
     Hubungannya yaitu apabila di dalam teks wacana ada satu teks yang hilang maka makna teks tersebut
     maknanya akan berbeda.

9.  Hubungan semantik dengan stilistika
   Secara konsep stilistika seperti bola, dari awal kembali ke awal. Maksudnya yaitu tidak boleh membenarkan dan tidak boleh menyalahkan. Kita harus mengkajinya terlebih dahulu secara sastra yang berdasarkan pandangan linguistik supaya tidak terjadi penyimpangan makna.
    Makna stilistik juga berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.

Berdasarkan penjelasan di atas, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa hubungan semantik dengan ilmu lainnya itu berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan kepada seorang pengguna bahasa.

Demikianlah pelajaran yang saya dapatkan di hari senin kemarin. Saya akan melanjutkan ceritanya kembali setelah saya mendapatkan materi dan ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dosen saya lagi.










ASPEK-ASPEK SEMANTIK

IV.1Pemberian Makna Baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas.

IV.1.1 Penyempitan Makna
Kata gaya yang mempunyai makna ‘kekuatan’ dipersempit maknanya menjadi ‘dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)’ dan menjadi istilah baru untuk padanan istilah inggris force. Kata kendala yang mempunyai makna ‘penghalang’, ‘perintang’ dipersempit maknanya menjadi ‘pembatas keleluasaan gerak’, yang tidak perlu menghalangi atau merintangi, untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan istilah Inggris constraint. Kata tenaga yang mempunyai makna ‘kekuatan untuk menggerakkan sesuatu’ dipersempit maknanya untuk dijadikan istlah baru sebagai padanan istilah energy dan kata daya menjadi padanan istilah power. Kata ranah dalam bahasa Minang, yang mempunyai makna ‘tanah rata, dataran rendah’ dipersempit maknanya menjadi ‘lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang merupakan kombinasi antara partisipan, topic, dan tempat’ sebagai padanan istilah domain.

IV.1.2 Perluasan Makna
kata garam yang semula bermakna 'garam dapur' (NaCl) diperluas maknanya sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia. Kata canggih yang semula bermakna 'banyak cakap, bawel, ceretwet' diperluas maknanyauntuk dipakai di bidang teknik, yang berarti 'kehilangan kesedarhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)'. Kata pesawat yang semula bermakna 'alat, perkakas, mesin' diperluas maknanya di bidang teknik menjadi 'kapal terbang'. Kata luah yang berasal dari bahasa Minang, dengan makna '(1) rasa mual; (2) tumpah atau limpah (tentang barang cair)', mengalami perluasan makna menjadi 'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per tahun waktu'.
Kata pamer yang semula dalam bahasa Jawa bermakna 'beraga, berlagak' bergeser maknanya dalam bahasa Indonesia menjadi 'menunjukkan (mendemonstrasi) sesuatu yang dimiliki kepada orang banyak dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan'.

4. 2 Istilah Sinonim
Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang diutamakan.
Misalnya :
- gulma sebagai padanan weed lebih baik daripada tumbuhan pengganggu
- hutan bakau sebagai padanan mangrove forest lebih baik daripada hutan payau
- mikro- sebagai padanan micro- dalam hal tertentu lebih baik daripada renik
- partikel sebagai padanan particle lebih baik daripada bagian kecil atau zarah
Meskipun begitu, istilah sinonim dapat dipakai di samping istilah baku yang diutamakan.
Misalnya :
istilah yang Diutamakan Istilah sinonim
absorb serap absorb
acceleration percepatan akselerasi
diameter garis tengah diameter
frequency frekuensi kekerapan
relative relatif nisbi
temperature suhu temperatur
Berikut kelompok istilah sinonim yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan Misalnya :
zat lemas dihindarkan karena ada nitrogen
saran diri dihindarkan karena ada autosugesti
ilmu pisah dihindarkan karena ada ilmu kimia
ilmu pasti dihindarkan karena ada matematika
Sinonim asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah Indonesia.
Misalnya :
average, mean rata-rata (rerata, purata)
grounding, earthing pengetanahan
Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan istilah yang berlainan.
Misalnya :
axiom          aksioma
law              hukum
postulate     postulat
rule             kaidah

4.3 Istilah Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda, karena asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon.

4.3.1 Homograf
Istilah homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya.
Misalnya :
pedologi ← paedo ilmu tentang hidup dan perkembangan anak
pedologi ← pedon ilmu tentang tanah
teras inti
teras 'lantai datar di muka rumah'

4.3.2 Homofon
Istilah homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya.
Misalnya :
bank dengan bang
massa dengan masa
sanksi dengan sangsi

4.4 Istilah Polisem
Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Misalnya, kata kepala (orang) 'bagian teratas' dipakai dalam kepala (jawatan), kepala (sarung). Bentuk asing yang sifatnya polisem diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya. Karena medan makna yang berbeda, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama.
Misalnya :
a. (cushion) head topi (tiang pancang)
head (gate) (pintu air) atas
(nuclear) head hulu (nuklir)
(velocity) head tinggi (tenaga kecepatan)
b. (detonating) fuse sumbu (ledak)
fuse sekering
to fuse melebur, berpadu, melakur, terbakar.

4.5 Istilah Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiperonim atau superordinatnya. Di dalam terjemahan, hiperonim atau superordinat pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya diterjemahkan dengan unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilah hiperonimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice, misalnya, dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras, atau nasi, bergantung pada konteksnya.

4.6 Istilah Taksonim
istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan yang bertingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonimi sebagaimana takson membangun taksonomi. Berikut ini adalah bagan taksonomi makhluk.
Makhluk
Bakteri hewan tumbuhan
mamalia burung ikan serangga
anjing sapi unggas manuk teri tongkol semut capung
pudel herder itik ayam
yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan di atas ialah hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, dan tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, burung, ikan, dan serangga. Sementara itu, hubungan kelas bawahan dan kelas atasan ialah hubungan bakteri, hewan dan tumbuhan dengan makhluk, atau hubungan mamalia, burung, ikan, dan serangga dengan hewan.

4.7 Istilah Meronim
istilah Meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian dari maujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Berikut ini adalah bagan meronimi tubuh.
Tubuh
kepala leher dada lengan tungkai
rambu dahi mata hidung telinga mulut
lidah gigi bibir
bibir atas bibir bawah
bagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna dada, lengan, dan tungkai. Hubungan antara tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman.
Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh dengan bagiannya, hubungan kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan antara massa dengan unsurnya tubuh adalah keseluruhan yang terjadi dari keutuhan seluruh bagiannya; kumpulan adalah keseluruhan yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan keseluruhan yang terjadi dari peleburan seluruh unsurnya.


PENGERTIAN MAKNA

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.


B. Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.

2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.

3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.

5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam semantik.


TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

Semantik dengan obyeknya yakni makna berada diseluruh tataran yang
bangun membangun (tataran fonologi,morfologi dan sintaksis).Semantik
merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah
sintaksis dan fonologi)

7.1 “Hakikat Makna”
Ferdinand de Saussure berpendapat tanda lingustik terdiri dari dua komponen
(signifian:yang mengartikan berupa bunyi,signifie:yang mengartikan berupa
konsep)
Contoh: meja (komponen signifian :/m/e/j/a/ )
(komponen signifie :sejenis perabot rumah tangga)
Kesimpulan makna menurut Ferdinand adalah pengertian atau konsep yang
dimiliki pada sebuah tanda linguistik.

7.2 “Jenis Makna “
1. Makna leksikal,gramatikal dan kontekstual
-Makna leksikal : Makna yang dimiliki leksem meski tanpa konteks
apapun. Contoh :Kuda (hewan berkaki empat)
-Makna gramatikal :Bila terjadi
afiksasi,reduplikasi,komposisi/kalimatisasi.
-Makna kontekstual :makna leksem yang berada dalam satu konteks (
berkenaan waktu, tempat, dan lingkungan)

2. Makna Referensial dan Non Referensial
-Makna Referensial : yang mempunyai acuan
-Makna Non Referensial : tidak mempunyai acuan
“ Kata Deitik “ (tidak mempinyai satu acuan yang tetap : kata-kata
Promina, kata-kata ruang)

3. Makna Denotatif dan Konotatif
- Makna Denotatif : makna sebenarnya : makna leksikal
- Makna Konotatif : makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa
dari orang aatau kelompok yang menggunakan kata itu.

4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
- Makna Konseptual : Makna leksem yang terlepas dari konteks atau
asosiasi apapun.
-Makna Asosiatif : Makna kata berkenaan dengan adanya hubungan kata
dengan suatu yang berada di luar bahasa ( lambang )

5. Makna Kata dan Makna Istilah
- Makna Kata : makna leksikal, denotative atau makna konseptual.
- Makna Istilah : makna jelas, pasti meskipun tanpa konteks kalimat
(digunakan pada bidang keilmuan)

6. Makna Idiom dan Peribahasa
- Idiom : satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
unsur-unsurnya. (idiom penuh dan sebagian)
- Peribahasa : memiliki makna yang masih dapat ditelusuri dari makna
unsure-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dan maknanya
sebagai peribahasa.

7. Relasi Makna
Hubungan semantik yang terdapat antar satuan bahasa
- Sinonim : menyatakan kesamaan makna.
- Antonim : menyatakan kebalikan.
- Polisemi : sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna
lebih dari satu.
- Homonim : dua buah kata satu-satuan ujaran yang bentuknya
kebetulan sama, makna berbeda karena masing-masing merupakan
bentuk atau kata ujaran yang berlainan.
Homofon : kesamaan bunyi tanpa memperhatikan ejaan
Homograf : ujaran sama, ejaan , ucapan dan makna berbeda.
- Hiponim : hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang
maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.
- Ambiguini : Kegandaan mkna akibat tefsiran gramatikal yang berbeda,
adanya homonim sedangkan konteksnya tidak jelas dan
terjasdi dalam bahasa lisan, karena ketidakcermatan
dalam munyusun konstruksi beranaforis.
- Redunansi: Penggunaan unsure segmental yang digunakan secara
Berlabihan.

8. Perubahan Makna
Faktor yang menyebabkan sebagian kosa kata mengalami perubahan
makna.
Perkembangan dalam IPTEK
Perkembangan Sosbud.
Perkembangan pemakaian kata
Pertukaran tanggapan indra, disebut sinestesia
Adanya asosisasi
- Macam perubahan makna : perubahan meluas ( khusus menjadi umum )
Perubahan menyempit ( umum menjadi
khusus)
Perubahan secara total (makna yang jauh dari
Aslinya).eufisme:menghaluskan ungkapan,
Disfemia: mengkasarkan ungkapan

9. Medan Makna dan Komponen Makna
Kata yang berada dalam satu medan makna (makna leksikal)adalah katakata
yang berad dalam satu kelompok.
Analisis komponen makna : usaha menganalisis kata?leksem atas unsureunsur
makna.
• Medan Makna
Seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan
karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan/realitas dalam
alam semesta tertentu.
Menurut Nida (1974- 1975) kata-kata dibagi menjadi:
a.kelompok bendaan (entiti)
b. Kelompok kejadian ( event )
c. Kelompok abstrak
d. Kelompok elastis
Berdasarkan sifat hubungan semantik medan magnet dibedakan atas :
a. Kelompok medan kolokasi
Hubungan sekmatik yang terdapt antara kata-kata atau unsure
leksikal karena beersifat linier.
b. Kelompok medan set
Hubungan paradigmatic karena kata-kata berada dalm satu
kelompok set saling disubtitusikan.
• Komponen Makna
Makna yang dimiliki setiap kata terdiri dari sejumlah komponen
makna yang membentuk seluruh makna kata.
• Kesesuaian Semantik dan Sintaksis
Ketidakberterimaan masalah gramatikal dan semantik sebab :
a. kesalahan gramatikal
b. Kesalahan kesesuaian leksikal
c. Tidak ada persesuaian semantik
d. Kesalahan informasi

Desa Mantup Juara Dalam Penilaian Program DesaKU Pintar Kabupaten Lamongan Tahun 2019

PAPARAN DESAKU PINTAR DALAM TATANAN “PENINGKATAN KAPASITAS SDM DAN TERINTEGRASI PENGENTASAN KEMISKINAN” DESA MANTUP TAHUN 2019 ...