Selasa, 23 Januari 2018

Kenapa disebut pesarean?

Pesarean adalah sebutan penghormatan atas kuburan atau makam orang yang dimuliakan. Maka pesarean yang sebenarnya adalah tempat tidur, yang diambil dari kata sare alias tidur. Kenapa disebut pesarean (tempat tidur dan peristirahatan) dan bukan pesarean? Sebab, dalam konteks islam orang yang mati bukan ahir dari kehidupan, sehingga setelah ditanam (dikubur) selesai sudah segala urusan. Kematian hanyalah alam antara dunia yang fana (pasti rusak dan berahir) dan akhirat yang baka (kekal). Kematian menempatkan orang pada alam transit yang biasa pula dinamakan alam barzah (alam penantian). Ditempat alam kubur inilah orang-orang mursal alias sesat mendapat siksa kubur, sedangkan orang-orang terpuji penuh kedamaian ibarat tidur nyenyak.
Seperti yang ada di desa Mantup terdapat pesarean yang lebih dikenal dengan pesarean mbah sedomargi. Istilah sedomargi diambil dari bahasa jawa yaitu sedo (yang berarti mati) margi (jalan). Diceritakan Pangeran Sedomargi adalah cucu pertama dari anak pertama putra sunan giri, yang wafat saat perjalanan menyebarkan agama islam di wilayah mantup. Sehingga diberi julukan mbah sedomargi yg berarti wafat saat perjalanan.
Itulah asal mula kenapa makam orang mulia dalam segi akhlaknya dinamakan pesarean bukan kuburan.
Kisah dan Hikmah
Dhurorudin Mashad

Apa yang anda pikirkan tentang Desa? Mengenal potensi Desa Mantup

Apa yang anda pikirkan tentang Desa..? Kali ini Saya ingin memperkenalkan satu desa dimana tempat saya lahir dan besar di desa itu. yaitu Desa Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Desa Mantup terdiri dari 9 dusun yaitu dusun Glugu, Panjeran, Oro-orombo, waton, sambilan, Mantup tengah, Mantup Selatan, Kopen, dan bulu. Desa Mantup terletak di kabupaten Lamongan (Kota Soto), Propinsi Jawa Timur, terletak 20 Km sebelah selatan Kota Kabupaten Lamongan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Gersik.

Salah satu potensi dari Desa Mantup adalah hasil pertanian yaitu padi, jagung, kedelai, kacang hijau, cabe, tebu, diseluruh wilayah desa Mantup. Selain hasil pertanian masyarakat juga banyak yang beternak sperti ternak ayam, sapi, dan kambing. Kerajinan yang dihasilkan berupa anyaman tikar/tikar tenun, kerajinan kaca penghias rumah, ukiran meja kayu, mebel, dan lain-lain berada diseluruh wilayah desa Mantup.

Tempat Wisata di Kecamatan Mantup terdapat makam "Sunan Giri III (Mbah Sedo Margi)" yang terletak di desa Mantup. Dengan adanya makam tersebut setip harinya dihadiri pengunjung pada hari tertentu untuk berziarah dan dalam setahun diperkirakan 1.250 orang peziarah. Dan disebelah tempat itu ada wisata baru yang sekarang masih dalam proses pembangunan yaitu wisata Mantup Park, bekas area penambangan batu yang disulap menjadi wisata jaman now.

Tidak hanya itu, Di desa Mantup juga terdapat sebuah Sendang (Sumber air) dan dipercaya sebagai sendang keramat bagi masyarakat sekitar. Dinamakan Sendang Bulus, karena dalam Sendang tersebut terdapat seekor Bulus (kura-kura) yang besar. Lokasi yang memiliki pemandangan indah, hamparan bebatuan, pepohonan dan suasana alam yang sejuk, terdapat beraneka jenis ikan. Sendang Bulus dimanfaatkan masyarakat untuk mandi dan mencuci pakaian. Uniknya, meskipun air Sendang digunakan untuk mencuci pakaian, ikan-ikan tersebut tetap hidup normal dan tidak mati karena limbah tersebut. Di dekat Sendang Bulus juga terdapat sumur peninggalan zaman Belanda, sumur itu berbentuk seperti tabung terbuat dari besi tebal.

Banyak tempat yang indah dari desa ini, memberikan keindahan dan kenangan tersendiri bagi Saya. Mungkin banyak orang yang setiap hari melintasinya merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Padahal, desa ini begitu indah dan damai. Itulah sedikit cerita di desa saya, Mantup Mantap.. @mifhuda537

Biografi KH. Mustofa Bisri

KH. A. Mustofa Bisri, kini Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Belajar di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, dan Universitas Al-Azhar Kairo, disamping di pesantren ayahnya sendiri, Raudlatuth Tholibin Rembang.

Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair. Karya-karyanya yang telah diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997). dan juga Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).
Karya-karya lain yang insya Allah akan terbit, adalah Fikih Keseharian II (Al-Miftah Surabaya). Sementara itu, dia produktif menulis di media massa ibukota dan media massa daerah.
BIOGRAFI KH. A. MUSTOFA BISRI


 KH. A. Mustofa Bisri, kini Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Belajar di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, dan Universitas Al-Azhar Kairo, disamping di pesantren ayahnya sendiri, Raudlatuth Tholibin Rembang.
Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair. Karya-karyanya yang telah diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa’aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997). dan juga Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).
Karya-karya lain yang insya Allah akan terbit, adalah Fikih Keseharian II (Al-Miftah Surabaya). Sementara itu, dia produktif menulis di media massa ibukota dan media massa daerah.

Desa Mantup Juara Dalam Penilaian Program DesaKU Pintar Kabupaten Lamongan Tahun 2019

PAPARAN DESAKU PINTAR DALAM TATANAN “PENINGKATAN KAPASITAS SDM DAN TERINTEGRASI PENGENTASAN KEMISKINAN” DESA MANTUP TAHUN 2019 ...